JAKARTA– Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lukman Hakim Saifuddin berpendapat setidaknya ada lima kriteria yang digunakan oleh partai politik untuk menentukan orang yang dapat dimajukan sebagai calon anggota legislatif (caleg).
“Sistem pemilu yang memakai suara terbanyak sebagai penentu
menyebabkan parpol harus menempuh suatu jalan untuk mendapatkan caleg
yang terbaik. Setidaknya ada lima kriteria kader yang dinilai terbaik
oleh partai untuk menjadi caleg,” kata Lukman di Jakarta, Jumat
(8/2/2013).
Menurut dia, kriteria pertama yang menjadi acuan parpol memilih caleg dari para kadernya adalah segi loyalitas.
“Kader tipe pertama yang dipilih parpol adalah yang loyalis, yaitu mereka yang sudah mengabdi di partai selama belasan atau puluhan tahun dengan segala keadaan. Tentu pengurus DPP partai mempunyai penilaian tersendiri bagi kader-kader seperti ini,” ujarnya.
Selanjutnya, kriteria kader kedua yang layak menjadi caleg, kata dia, adalah tipe kader pekerja keras.
“Kader jenis ini mungkin tidak seloyal kader lain, tapi dia seorang pekerja keras sehingga dia bisa menjadi ‘motor penggerak’ program-program di partai. Orang seperti ini tentu akan dipilih oleh partai,” katanya.
Jenis kader pilihan ketiga untuk menjadi caleg, lebih lanjut dikatakannya, adalah pemikir atau konseptor.
Tipe kader konseptor, menurut dia, akan dipilih untuk maju menjadi caleg oleh partai karena kader tersebut dapat memberi kontribusi yang sangat berarti bagi partai, khususnya dalam bidang konseptual.
Kemudian, kriteria penilaian keempat dari parpol untuk memilih kadernya menjadi caleg adalah jumlah pendukung.
“Ada kader yang mungkin tidak terlalu pandai seperti konseptor dan bukan pekerja keras, namun dia memiliki jumlah pendukung yang besar. Ini tentu akan menjadi kelebihan tersendiri bagi DPP partai untuk mendapat jatah dalam daftar caleg,” kata Lukman.
Selain kader yang mempunyai banyak pendukung, kader yang dapat memberikan dana bagi parpol juga akan cenderung dipilih oleh parpol untuk menjadi caleg.
“Kader tipe pendana besar peluangnya untuk dimajukan oleh partai karena dinilai sangat membantu partai dengan sumbangan dana yang dimilikinya, katakanlah dia pemodal bagi partai,” ujar Wakil Ketua MPR ini.
Namun, dia juga mengatakan partai politik akan tetap sulit untuk menentukan dari lima kriteria penilaian kader itu yang harus diprioritaskan.
“Apakah yang loyalis, yang pekerja keras, konseptor, atau yang memiliki pendukung dan yang dananya besar yang harus dipilih untuk dicantumkan dalam daftar caleg. Di sinilah yang tidak mudah bagi parpol untuk menentukan,” ungkapnya.
“Jadi, kapasitas personal saja tidak cukup untuk membuat seseorang terpilih menjadi caleg, dan ada tantangan bagi setiap parpol untuk memajukan caleg yang terbaik bagi masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi mengatakan partai-partai politik harus mulai bersiap mencari orang-orang yang dianggap bisa memenuhi aspirasi pemilih, jika tidak ingin gagal pada Pemilu Legislatif 2014.
Menurut dia, saat ini partai politik harus mulai merekrut pejabat publik yang baik, dan untuk pemilihan legislatif, parpol harus mengidentifikasi apakah kadernya memenuhi kualifikasi dan kapasitas sebagai caleg.
“Kalau tidak memenuhi cobalah untuk merekrut caleg dari luar partai karena sejauh ini calon yang disodorkan partai sering tidak sesuai dengan hati nurani pemilih. Sinyal yang demikian harusnya ditangkap oleh partai untuk mencari caleg alternatif, jika tidak pilihannya cukup sulit,” kata Burhanuddin.
“Bisa saja pemilih akan terpaksa golput karena pilihan caleg yang buruk, dan ini merupakan hal buruk untuk konsolidasi demokrasi,” tambahnya. (Antara/juanda)
Menurut dia, kriteria pertama yang menjadi acuan parpol memilih caleg dari para kadernya adalah segi loyalitas.
“Kader tipe pertama yang dipilih parpol adalah yang loyalis, yaitu mereka yang sudah mengabdi di partai selama belasan atau puluhan tahun dengan segala keadaan. Tentu pengurus DPP partai mempunyai penilaian tersendiri bagi kader-kader seperti ini,” ujarnya.
Selanjutnya, kriteria kader kedua yang layak menjadi caleg, kata dia, adalah tipe kader pekerja keras.
“Kader jenis ini mungkin tidak seloyal kader lain, tapi dia seorang pekerja keras sehingga dia bisa menjadi ‘motor penggerak’ program-program di partai. Orang seperti ini tentu akan dipilih oleh partai,” katanya.
Jenis kader pilihan ketiga untuk menjadi caleg, lebih lanjut dikatakannya, adalah pemikir atau konseptor.
Tipe kader konseptor, menurut dia, akan dipilih untuk maju menjadi caleg oleh partai karena kader tersebut dapat memberi kontribusi yang sangat berarti bagi partai, khususnya dalam bidang konseptual.
Kemudian, kriteria penilaian keempat dari parpol untuk memilih kadernya menjadi caleg adalah jumlah pendukung.
“Ada kader yang mungkin tidak terlalu pandai seperti konseptor dan bukan pekerja keras, namun dia memiliki jumlah pendukung yang besar. Ini tentu akan menjadi kelebihan tersendiri bagi DPP partai untuk mendapat jatah dalam daftar caleg,” kata Lukman.
Selain kader yang mempunyai banyak pendukung, kader yang dapat memberikan dana bagi parpol juga akan cenderung dipilih oleh parpol untuk menjadi caleg.
“Kader tipe pendana besar peluangnya untuk dimajukan oleh partai karena dinilai sangat membantu partai dengan sumbangan dana yang dimilikinya, katakanlah dia pemodal bagi partai,” ujar Wakil Ketua MPR ini.
Namun, dia juga mengatakan partai politik akan tetap sulit untuk menentukan dari lima kriteria penilaian kader itu yang harus diprioritaskan.
“Apakah yang loyalis, yang pekerja keras, konseptor, atau yang memiliki pendukung dan yang dananya besar yang harus dipilih untuk dicantumkan dalam daftar caleg. Di sinilah yang tidak mudah bagi parpol untuk menentukan,” ungkapnya.
“Jadi, kapasitas personal saja tidak cukup untuk membuat seseorang terpilih menjadi caleg, dan ada tantangan bagi setiap parpol untuk memajukan caleg yang terbaik bagi masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi mengatakan partai-partai politik harus mulai bersiap mencari orang-orang yang dianggap bisa memenuhi aspirasi pemilih, jika tidak ingin gagal pada Pemilu Legislatif 2014.
Menurut dia, saat ini partai politik harus mulai merekrut pejabat publik yang baik, dan untuk pemilihan legislatif, parpol harus mengidentifikasi apakah kadernya memenuhi kualifikasi dan kapasitas sebagai caleg.
“Kalau tidak memenuhi cobalah untuk merekrut caleg dari luar partai karena sejauh ini calon yang disodorkan partai sering tidak sesuai dengan hati nurani pemilih. Sinyal yang demikian harusnya ditangkap oleh partai untuk mencari caleg alternatif, jika tidak pilihannya cukup sulit,” kata Burhanuddin.
“Bisa saja pemilih akan terpaksa golput karena pilihan caleg yang buruk, dan ini merupakan hal buruk untuk konsolidasi demokrasi,” tambahnya. (Antara/juanda)
SUMBER : Bisnis KTI.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !